Beranda | Artikel
Berdakwah Atau Menyeru Manusia Adalah Kewajiban Umat
Rabu, 15 November 2023

BERDAKWAH ATAU MENYERU MANUSIA ADALAH KEWAJIBAN UMAT

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan dan memuliakan umat ini dengan tugas para nabi yaitu dakwah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun juga menentukan daerah, wilayah dan hamba-hamba Nya yang akan dijadikan sebagai sasaran berdakwahnya umat ini, baik itu di belahan bumi bagian timur atau bagian barat sampai hari kiamat nanti.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersungguh-sungguh dalam mengerahkan kemampuannya dalam membina para shahabat (semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai mereka), sehingga tertanam dalam jiwa mereka dua perkara: menjalankan tunutnan agama dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Merekapun paham bahwa semua wilayah dan para hamba Allah yang ada padanya adalah tanggung jawab umat hingga akhir kiamat. Sebab, sungguh seorang muslim akan bertanggung jawab pada saat dirinya tidak menunaikan tugas pribadinya yaitu ibadah, dan akan bertanggung jawab pula ketika dirinya meninggalkan tugas sosialnya yaitu berdakwah, hingga Allah mencabut nyawanya.

  1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ [ال عمران: ١١٠] 

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah“. [Ali Imran/3: 110].

  1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ [ال عمران: ١٠٤] 

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imran/3: 104].

  1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ [يوسف: 108] 

Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”. [Yusuf/12: 108].

Bashirah mencakup tiga hal, yaitu: berilmu sebelum berdakwah, bersikap bijak dan lemah lembut ketika berdakwah, sabar setelah berdakwah.

Para sahabat telah mendapat pendidikan dan bimbingan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sarana dan metode-metode dalam berdakwah. Lalu setelah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat para shabatlah yang memikul tanggung jawab dakwah ini. Para shahabat (semoga Allah meridhai mereka) telah mengorbankan saat-saat senang dan mengekang syahwat mereka (demi dakwah), dan mereka tak segan-segan mengorbankan harta, waktu dan jiwa mereka demi tersebarnya agama ini di muka bumi.

Merekalah yang telah menyiarkan dakwah ilallah, mengemban kalimat laa ilaaha illallah sehingga merasuk ke dalam setiap rumah di belahan bumi timur dan barat, di kawasan Syam dan Iraq, Mesir dan Afrika utara, di Rusia dan kawasan di sebarang sungai dan yang lainnya.

Dan negari ini (Kerajaan Arab Saudi) dimenangkan hingga Islam tersiar dan tauhid tersebar sebagai ganti dari kesyirikan, kekufuran diganti dengan keimanan, dan bermunculan pula di negari ini para ulama dan da’i, orang-orang yang suka beribadah dan zuhud, orang-orang sholeh, para mujahid, yang semuanya ini menyenangkan bagi setiap orang muslim.

Merekalah orang-orang yang terbaik, termulia dan merekalah yang telah diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan merekapun ridha kepada Allah, merekalah orang-orang yang jujur dan benar dalam menepati janjinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala .

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ  [التوبة: 100]

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [At-Taubah/9: 100].

Apa yang harus didahulukan dan apa yang akhirkan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya mengedepankan berjuang dan berdakwah dari mencari uang dan sesuatu yang mubah. Oleh karena itulah kehidupan mereka serba kekurangan baik harta atau lainnya. Namun, bersamaan dengan itu keimanan dan amalan-amalan sholeh mereka naik dan bertambah, tampaklah akhlak mulia yang sebenarnya pada diri mereka dan banyak kemenangan (yang diraih) agama Islam. Akan tetapi, banyak orang-orang muslim saat sekarang ini, lebih mengedepankan bekerja mencari usaha dari perjuangan (bagi agama) dan dakwah lalu uang mereka menambah jumlah harta mereka, bersamaan dengan itu keimanan dan amal sholeh mereka menjadi berkurang. Dua sikap yang tertanam dalam kehidupan para shahabat: Orang yang perhatiannya hanya terfokus dalam mengumpulkan harta adalah seperti orang Yahudi, dan orang yang perhatiannya hanya terfokus dalam memuaskan nafsunya adalah seperti Nashrani. Oleh karenanya, ketika tujuan (seseorang yang sebenarnya) berubah akan berakibat menguatnya sisi dunia dan jasmani sehingga melemah sisi agama dan ruh, sementara perhatian dan kesungguhannya hanya tertuju untuk dunia bukan agama, dan agama (diposisikan) seperti orang miskin yang berkeliling menghiba dan mengharap dari manusia, tetapi tidak ada yang memberi dan mengasihinya, karena orang-orang sedang sibuk dengan urusan dunia dan syahwat mereka.

Agama ini akan tetap dan terus eksisis sampai hari qiamat, akan tetap ada sekelompok dari umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu dan terus menjalankan syariat agama ini, hingga datang ketentuan dari Allah dan mereka tetap seperti itu.

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَائَمَة ًبِأَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرّهُمْ مَنَ خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُالله ِوَهُمْ ظَاهِرُوْنَ عَلَى النَّاسِ

Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menjalankan perintah Allah, tidak memadhoratkan mereka orang yang menyelisihinya sampai datang ketentuan Allah dan mereka tetap tampak seperti itu di tengah-tengah manusia“. (Muttafaq alaihi).

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Dakwah Kepada Allah Azza wa Jalla كتاب الدعوة إلى الله). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri.  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/92606-berdakwah-atau-menyeru-manusia-adalah-kewajiban-umat.html